SHIRASE

Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering

SHIRASE adalah sebuah kapal besar pemecah es (ice breaker) milik negara Jepang yang diproduksi pada era memasuki 90-an, tepatnya SHIRASE diresmikan pemakaiannya pada tahun 1982, dan memiliki tugas utama untuk ekspedisi ke Antartika setiap tahun sampai pemberhentian tugasnya pada tahun 2008. Misi ke Antartika meliputi riset tentang environment, geofisika, cuaca, suhu global, dan juga komunikasi satelit yang dioperasikan oleh badan nasional bernama Japan Maritime Self-Defence Force (JMSDF). Kapal ini bernama SHIRASE 5002 dan pada awal dibuatnya SHIRASE adalah sebagai salah satu kapal besar yang bisa menghubungkan antara negara Jepang dan Antartika sebagai misi untuk membuat pangkalan dan laboratorium besar di wilayah Antartika, yang sampai saat ini sudah terbangun dengan baik dan lengkap yang sudah dimulai sejak era 70an. Untuk kapal generasi penerusnya adalah juga bernama SHIRASE, yaitu SHIRASE 5003 yang sampai saat ini masih sangat aktif beroperasi dan bolak-balik menempuh perjalanan Jepang – Antartika dan setiap berangkat pasti membelah dan melewati wilayah Indonesia bagian tengah menuju ke kutub bumi selatan.

SHIRASE 5002 kini sedang terparkir di daerah pelabuhan di provinsi Chiba, kota Funabasi, dalam wilayah Tokyo Bay, yang sudah berhenti dari tugasnya ke Antartika karena ada kapal generasi yang lebih baru. SHIRASE 5002 ini sekarang digunakan sebagai bahan penelitian, tempat inkubasi, riset dan pengetahuan umum bagi masyarakat yang ingin berkunjung pada waktu yang dijadwalkan. Weather News membeli kapal ini untuk dijadikan sebagai laboratorium cuaca yang akurat dan informatif. Kapal ini juga sebagai tempat untuk mensosialisasikan tentang Misi Antartika dan apa saja yang dilakukan oleh banyaknya ilmuwan dan adventurer yang setiap tahun diberangkatkan ke sana.

Salah satu program yang sedang digarap dan berlangsung adalah sebuah project yang juga menggunakan nama yang sama, yaitu SHIRASE : Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering, sebuah program pelatihan dalam bidang Space Science dan Space Exploration yang mempersiapkan manusia planet bumi untuk persiapan menuju tempat atau planet baru bagi generasi yang akan datang. Misalnya tentang Misi ke planet Mars, atau tempat lain yang di masa depan diharapkan mampu untuk dikunjungi manusia bumi. Misi pelatihan ini berbasis pada Space Travel, yaitu simulasi berada pada sebuah pesawat ruang angkasa, meninggalkan planet bumi, dan terisolasi, bertujuan untuk pembentukan karakter yang spesifik serta mampu untuk menghadapi tempat baru yang sangat berbeda dengan keseharian kita hidup sehari-hari. Project ini mempunyai tujuan untuk mendokumentasikan secara detail setiap yang terjadi pada masa pelatihan dan karantika tersebut. Misi yang diemban juga cukup rumit, dengan banyaknya protokol serta aturan yang tidak bisa dilanggar oleh setiap awak atau crew. Sang Commander atau pimpinan team harus mampu untuk menerjemahkan setiap apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan oleh masing-masing crew setiap harinya.

Pada pelatihan ini tidak menggunakan istilah kata “hari” seperti layaknya kita menggunakan parameter waktu di bumi, tapi kita menggukan “SIM” (dari kata Simulation) untuk menandai pergantian waktu. Dikarenakan ini adalah sebuah simulasi sebuah pesawat ruang angkasa (spaceship) maka waktu yang digunakan adalah bukan 24 jam waktu bumi berputar, melainkan jam yang terus berputar dengan 3 kali shift (bagian) yang masing-masing shift terdiri dari 24 jam dan mendapat jatah waktu istirahat selama 8 jam. SIM adalah istilah yang digunakan untuk melatih kita untuk menandai waktu 24 jam berputar dimulai sejak 10 pagi atau 12 siang, disesuaikan dengan “kapan” waktu dimulainya satu putaran SIM. Jadi tidak tergantung dari perputaran matahari sebagai penanda siang dan malam, karena tidak ada istilah malam (gelap) atau siang (terang) di dalam pesawat ruang angkasa. Misi Human Isolation Research ini berlangsung selama 16 hari, dan total waktu persiapan dan pelaksanaan adalah satu bulan penuh (pertengahan feb – pertengahan maret 2019)

Makanan yang dikonsumsi disebut SPACE FOOD, yaitu makanan yang dibekukan atau dryfood, atau juga bisa berbentuk pasta (berbentuk seperti odol), sangat tergantung dari jenis misi dan lokasi pelaksanaan. Makanan yang berbentuk pasta biasanya mempunyai kadar kalori yang tinggi karena untuk satu tube pasta harus bisa menopang energy untuk 6 jam ke depan misalnya. Atau jika kita ingin melakukan EVA (Extra Vehicular Activity), kita harus tahu persis tentang misi apa yang akan dilaksanakan dan energi sebesar apa yang diperlukan. Energi yang dimaksud adalah meliputi energi bagi manusianya, energi untuk pernafasan, energi untuk devices (peralatan), ataupun energi untuk melakukan misinya. Komunikasi dan tata cara berkomunikasi melalui radio juga merupakan bagian yang sangat penting dan vital serta tidak boleh salah. Keselamatan awak atau crew adalah yang paling diutamakan dalam setiap misi yang dilakukan.

SHIRASE juga mempunyai misi jangka panjang, sampai dengan 2030, dimana nantinya akan bebarengan dengan misi manusia bumi ke Planet Mars. Misi 2019 kali ini adalah misi awal yang disebut dengan SHIRASE EXP.0 atau Expedition Zero. Artinya ini adalah awal dari dilaksanakannya sebuah pelatihan yang mempunyai tujuan jelas dan menjadikan program ini bagian yang sangat penting untuk dunia Space Science dan Space Exploration. Dalam team ini terdapat 4 nama yang terdiri dari : Venzha Christ (Commander), Yusuke Murakami (Excecutive Officer), Misuzu Takashina (Journalist), dan Daisuke Kasada (Mission Specialist). Keempat crew ini adalah yang terseleksi dari proses sebelumnya dan akan diambil semua data kegiatan keseharian sampai dengan riset dari tim medis yang memantau setiap saat tanpa henti selama masa karantina, dengan device yang dikenakan di tangan kanan dan kiri setiap crew, serta laporan yang harus direkam setiap hari.

Project SHIRASE 2019 akan menghasilkan kurang lebih sebulan masa karantika dan diisolasi dari dunia luar serta persiapannya pada bulan februari sampai maret 2019. Kali ini crew yang terdiri dari empat awak ini akan terus melatih diri mereka sampai kepada jenjang selanjutnya untuk bisa menuju Antartika. ISSS (Indonesia Space Science Society) sebagai salah satu kolaborator dan supporter akan juga terus memantabkan peranannya untuk lebih banyak lagi mengundang expert dan pelaku Space Science dari berbagai institusi penting di dunia untuk datang ke Indonesia. SHIRASE adalah salah satu project yang akan terus berkelanjutan dan diharapkan akan ada lagi orang Indonesia yang terlibat dimasa yang akan datang.

SHIRASE : Simulation of Human Isolation Research for Antarctica-based Space Engineering, ini adalah project lanjutan dari TEAM ASIA CREW 191 yang pada tahun lalu mengikuti Simulasi Mars di MDRS – Mars Desert Research Station di Utah, Amerika. Venzha Christ adalah orang Indonesia pertama dan seniman Indonesia pertama yang terpilih dan ikut dalam proses pelatihan hidup di planet Mars.

Di jepang Venzha Christ juga sudah melengkapi perjalanan risetnya bebarengan dengan misi ini, sejak tahun lalu dan tahun ini perjalanan riset kami untuk mempersiapkan program ini adalah ke : ELSI (Earth Life Science Institute), JAXA (Japan Aerospace Exploration Agency), KEK (KouEnerugii kasokukiKenkyukiko), J-PARC (Japan Proton Accelerator Research Complex), MLF (Material and Life Science Experimental Facility), dan KAVLI IPMU (KAVLI Intsitute for the Physics and Mathematics of the Universe) sudah kami laksanakan. Institusi-institusi penting ini adalah yang sangat berperan dalam perkembangan Space Science dan Space Exploration di Asia, serta membantu secara global untuk menyambung network dengan Space Agency dari negara-negara lain di dunia. Kami dari ISSS (Indonesia Space Science Society) terus akan mendatangkan banyak ilmuwan dan expert di bidang Space Science dan Space Exploration untuk datang ke Indonesia guna berbagi pengetahuan, berdiskusi dan berkolaborasi dalam memacu perkembangan teknologi serta pengetahuan tentang Astronomi dan ruang angkasa.

Venzha Christ dalam SHIRASE project kali ini juga mempunyai misi personal dengan membawa mesin dan antenna buatan v.u.f.o.c lab dari HONF Foundation untuk digunakan dan dipasang pada ruang mesin utama kapal SHIRASE. Venzha membuat simulasi antenna yang sangat besar yaitu kapal SHIRASE itu sendiri yang dia hubungkan dengan mesin dan alat bikinannya.